Rabu, 23 Mei 2012

Sekelumit Cerita Tentang BERPRASANGKA BAIK

Dua orang laki-laki bersaudara bekerja pada
sebuah pabrik dan
sama-sama tekun belajar Islam. Sama-sama
mengamalkan ilmunya
dalam kehidupan sehari-hari semaksimal
mungkin. Mereka acap kali
harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah
guru pengajiannya. Jaraknya
sekitar 10 km dari rumah peninggalan orang
tua mereka.
Suatu ketika sang kakak berdo’a memohon
rejeki untuk membeli sebuah mobil
supaya dapat dipergunakan untuk sarana
angkutan dia dan adiknya, bila pergi
mengaji. Allah mengabulkannya, tak lama
kemudian sebuah mobil dapat dia
miliki dikarenakan mendapatkan bonus dari
perusahaannya bekerja.
Lalu sang kakak berdo’a memohon seorang istri
yang sempurna, Allah
mengabulkannya, tak lama kemudian sang
kakak bersanding dengan seorang
gadis yang cantik serta baik akhlaknya.
Kemudian berturut-turut sang Kakak berdo’a
memohon kepada Allah akan
sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang
layak, dan lain-lain. Dengan
itikad supaya bisa lebih ringan dalam
mendekatkan diri kepada Allah. Dan
Allah selalu mengabulkan semua do’anya itu.
Sementara itu, sang Adik tidak ada perubahan
sama sekali, hidupnya tetap
sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang
tuanya yang dulu dia tempati
bersama dengan Kakaknya. Namun karena
kakaknya sangat sibuk dengan
pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti
pengajian, maka sang adik sering
kali harus berjalan kaki untuk mengaji kerumah
guru mereka.
Suatu saat sang Kakak merenungkan dan
membandingkan perjalanan hidupnya
dengan perjalanan hidup adiknya. Dia teringat
bahwa adiknya selalu membaca
selembar kertas saat dia berdo’a, menandakan
adiknya tidak pernah hafal
bacaan untuk berdo’a. Lalu datanglah ia kepada
adiknya untuk menasihati
adiknya supaya selalu berdo’a kepada Allah dan
berupaya untuk membersihkan
hatinya, karena dia merasa adiknya masih
berhati kotor sehingga do’a-do’anya
tiada dikabulkan oleh Allah azza wa jalla.
Sang adik terenyuh dan merasa sangat
bersyukur sekali mempunyai kakak yang
begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan
terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.
Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang
kakak merasa sedih karena sampai
meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan
pada nasibnya sehingga dia
merasa yakin kalau adiknya itu meninggal
dalam keadaan kotor hatinya
sehubungan do’anya tak pernah terkabul
Sang kakak membereskan rumah peninggalan
orang tuanya sesuai dengan
amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid.
Tiba-tiba matanya tertuju pada
selembar kertas yang terlipat dalam sajadah
yang biasa dipakai oleh adiknya
yang berisi tulisan do’a, diantaranya Al-fatehah,
Shalawat, do’a untuk guru
mereka, do’a selamat dan ada kalimah di akhir
do’anya:
“Ya, Allah. tiada sesuatupun yang luput dari
pengetahuan Mu, Ampunilah aku
dan kakak ku, kabulkanlah segala do’a kakak ku,
bersihkanlah hati ku dan
berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku
didunia dan akhirat,”*
Sang Kakak berlinang air mata dan haru biru
memenuhi dadanya, tak diduga
ternyata adiknya tak pernah sekalipun berdo’a
untuk memenuhi nafsu duniawinya
Dikirim tanggal
: 2008-07-09 08:31:06
Pemateri
: hamba Allah
Pengirim
: admin
E-mail
: admin@taushiyah-online.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar